Hai kalian! Pernah dengar tentang hoarding disorder? Baru-baru ini, sebuah berita di Sonora.ID membahas tentang penghuni kos di Bekasi yang viral karena mengidap hoarding disorder. Artikel berjudul "Viral Penghuni Kos di Bekasi Idap Hoarding Disorder,"
"Dalam video itu terlihat sang ibu kos dan penjaga kos membuka paksa kamar yang dihuni oleh dua orang, saat pintu dibuka paksa, terlihat pemandangan tidak menyenangkan, kamarnya dipenuhi dengan sampah dan barang-barang yang berserakan.
Mulai dari lemari, kasur, hingga lantai kamar itu dipenuhi dengan tumpukan barang yang tercampur dengan sampah."
ini benar-benar menarik perhatian banyak orang. Jadi, yuk kita bahas lebih lanjut apa sih sebenarnya hoarding disorder itu!
Apa Itu Hoarding Disorder?
Hoarding disorder atau gangguan menimbun adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan yang parah dalam membuang atau melepaskan barang-barang, terlepas dari nilai sebenarnya dari barang-barang tersebut. Akibatnya, rumah atau tempat tinggal mereka sering kali penuh dengan barang-barang yang tidak diperlukan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Orang yang mengalami hoarding disorder cenderung merasa ada ikatan emosional dengan barang-barang yang mereka kumpulkan. Bahkan, membayangkan harus membuang barang-barang tersebut bisa menyebabkan kecemasan yang luar biasa. Kalian bisa bayangkan, nggak, betapa beratnya hidup dengan kondisi seperti itu?
Penyebab Hoarding Disorder
Menurut artikel di Sonora.ID, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami hoarding disorder:
Genetika: Hoarding disorder sering kali ditemukan dalam keluarga. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan ini, kemungkinan besar ada faktor genetik yang berperan.
Lingkungan: Pengalaman masa kecil dan lingkungan tempat seseorang tumbuh juga bisa mempengaruhi perilaku menimbun. Misalnya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang selalu merasa kekurangan, mereka mungkin akan lebih cenderung menimbun barang-barang.
Kondisi Mental Lainnya: Hoarding disorder sering kali muncul bersamaan dengan kondisi mental lainnya seperti depresi, kecemasan, atau OCD (Obsessive-Compulsive Disorder).
Trauma atau Peristiwa Hidup: Peristiwa traumatis atau perubahan besar dalam hidup, seperti kehilangan orang yang dicintai atau perceraian, bisa memicu perilaku menimbun sebagai bentuk mekanisme koping.
Dampak Hoarding Disorder
Gangguan ini nggak hanya mempengaruhi kehidupan pribadi penderita, tapi juga bisa berdampak pada orang-orang di sekitarnya. Rumah yang penuh dengan barang-barang bisa menjadi tempat yang tidak aman dan tidak sehat untuk ditinggali. Selain itu, hoarding disorder juga bisa menyebabkan isolasi sosial karena penderita merasa malu atau takut dihakimi oleh orang lain.
Bagaimana Mengatasinya?
Mencari Bantuan Profesional
- Konsultasi dengan Psikolog atau Psikiater: Langkah pertama yang penting adalah berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental. Psikolog atau psikiater dapat membantu kalian memahami akar masalah dan menawarkan strategi untuk mengatasinya.
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Terapi ini efektif untuk membantu penderita mengubah pola pikir dan perilaku terkait dengan penimbunan.
Membangun Motivasi Diri
- Tetapkan Tujuan yang Jelas: Tentukan tujuan yang ingin dicapai, misalnya, memiliki ruang tamu yang rapi atau dapur yang bersih. Tujuan ini bisa memotivasi kalian untuk mulai membersihkan barang-barang yang tidak perlu.
- Mulai dari yang Kecil: Jangan merasa harus membersihkan semua barang sekaligus. Mulailah dengan area kecil atau jenis barang tertentu. Misalnya, fokus pada satu laci atau satu jenis barang seperti majalah.
Menerapkan Sistem Organisasi
- Kategori dan Prioritas: Kategorikan barang-barang kalian dan tetapkan prioritas mana yang perlu disimpan dan mana yang bisa dibuang. Misalnya, barang yang sering digunakan, barang dengan nilai sentimental, dan barang yang tidak berguna.
- Gunakan Kontainer dan Rak: Menggunakan kontainer dan rak dapat membantu mengatur barang-barang dengan lebih rapi dan mengurangi kekacauan.
Melibatkan Keluarga dan Teman
- Dukungan Sosial: Libatkan keluarga atau teman dalam proses decluttering. Mereka bisa memberikan dukungan emosional dan membantu dalam proses pengambilan keputusan.
- Jangan Takut Meminta Bantuan: Jika merasa kesulitan, jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat. Mereka bisa membantu kalian untuk tetap termotivasi dan bergerak maju.
Mengatur Jadwal Rutin
- Jadwalkan Waktu untuk Decluttering: Tetapkan jadwal rutin untuk membersihkan dan mengatur barang-barang. Misalnya, setengah jam setiap hari atau beberapa jam setiap minggu.
- Konsisten dan Bertahap: Penting untuk konsisten dan tidak terburu-buru. Proses ini memerlukan waktu, jadi lakukan secara bertahap.
Meningkatkan Kesadaran Diri
- Pahami Penyebab Emosional: Coba pahami alasan emosional di balik penimbunan barang. Apakah karena rasa cemas, takut kekurangan, atau alasan lainnya? Dengan memahami penyebabnya, kalian bisa mencari cara untuk mengatasi emosi tersebut.
- Latihan Mindfulness: Latihan mindfulness dapat membantu kalian lebih sadar dan tenang dalam menghadapi barang-barang yang ingin kalian simpan atau buang.
Mencari Informasi dan Edukasi
- Baca dan Pelajari Lebih Lanjut: Cari informasi lebih lanjut tentang hoarding disorder dari sumber-sumber terpercaya seperti artikel kesehatan, buku, atau seminar. Dengan pemahaman yang lebih baik, kalian bisa lebih siap untuk menghadapinya.
- Ikuti Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan untuk penderita hoarding disorder bisa memberikan kalian wawasan dan dukungan dari orang-orang yang mengalami hal serupa.
Jadi, itu dia sedikit penjelasan tentang hoarding disorder. Jika kalian atau seseorang yang kalian kenal menunjukkan tanda-tanda gangguan ini, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik!
Semoga informasi ini bermanfaat, ya! Jangan lupa untuk selalu peduli dengan kesehatan mental kalian dan orang-orang di sekitar kalian.
Komentar
Posting Komentar
Note: "Postingan ini kurang jelas atau sulit dipahami? silahkan berikan komentar disini"